Rabu, 12 Oktober 2016

   

  Alkisah, disebuah pinggiran hutan nan rindang, hiduplah seorang nenek yang merasa sangat-sangat kesepian. Beliau tak mempunyai anak maupun sanak famili yang dapat di ajak berbicara.

     Hal itu tentu saja membuat sang nenek menjadi sosok yang pemurung dan tak pernah menyematkan senyum di bibirnya. Sehari-hari sang nenek hanya mengerjakan hal-hal yang sama. Di pagi hari ia telah terjaga dari tidur malamnya, kemudian ia mandi dan menunaikan ibadah sholat.

     Setelah itu sang nenek kemudian pergi kesebuah sungai yang tak jauh dari pondoknya untuk mengisi tong-tong air guna keperluan sehari-hari. Setelah tong-tong air telah terisi penuh, sang nenek kemudian melanjutkan aktifitasnya mencari kayu bakar di dalam hutan.

     Setelah kayu bakar terkumpul, ia pergi ke sisi lain hutan yang banyak ditumbuhi tanaman singkong. Setelah tiba di tujuan, kemudian sang nenenk mengambil beberapa buah umbi singkong untuk persediaan makanan barang beberapa hari, seperti itulah kehidupan sang nenek hari demi hari. Beliau tak pernah berfikir untuk melakukan hal-hal lain yang tentu saja akan sangat menyenangkan untuk dilakukan.

Suatu hari, sang nenek kembali mencari kayu bakar di dalam hutan.

     Ranting demi ranting ia kumpulkan, namun kali ini sepertinya sang nenek harus masuk lebih jauh ke dalam hutan. Karena sepertinya kayu-kayu kering ditempat ia biasa mencari kayu bakar tersebut telah hampir habis.

     Langkah demi langkah ia ayunkan, dan tak terasa ia telah semakin masuk kedalam hutan. Dan benar saja dugaanya, bahwa didalam hutan jauh lebih banyak ranting kering yang ia cari.

     Ia pun kembali mengisi pikulan kayunya hingga tak terasa pikulan kayunya telah terisi penuh dengan ranting-ranting kering. Namun di saat ia merasa kayu-kayunya telah cukup dan iapun memutuskan untuk beranjak pulang, ia melihat sebuah kotak kayu berwarna coklat dihiasi dengan balutan emas di setiap sudutnya.

Diperhatikannya dengan seksama kotak kayu itu, sembari ia bergumam

Rasanya tak mungkin ada orang lain di hutan ini selain diriku, jadi milik siapa gerangan kotak coklat nan elok ini.
     Dengan rasa penuh penasaran, sang nenek berusaha membuka kotak coklat yang ternyata tak terkunci tersebut, dan alangkah terkejutnya sang nenek saat melihat isi dari kotak yang ia temukan.

     Ternyata di dalam kotak itu terdapat dua buah berlian biru nan saaaangat cantik.

     Sang nenek pun memutuskan untuk membawa pulang dua buah berlian tersebut ke pondoknya di pinggiran hutan.

     Setelah tiba di pondoknya, nenek itupun segera meletakkan kayu bakarnya dengan tergesa-gesa, ia tak sabar untuk melihat kembali hasil temuannya di dalam hutan tadi.

Hemmm... sepertinya dua berlian ini sangat berbeda, yang satu terlihat sangat sempurna dan bercahaya, dan yang satunya tampak sederhana namun tetap sedap dipandang.
     Kemudian sang nenek memutuskan untuk membawa dua buah berlian itu kemanapun ia pergi.

     Hari demi hari sang nenek pun kini penuh dengan rasa bahagia, ia pun telah mempunyai sebuah kegiatan baru di hari-harinya, yaitu ia rutin menggosok dua buah berliannya dengan kain halus di setiap sore harinya.

     Sang nenek merasa seperti mempunyai sesuatu yang harus benar-benar dijaganya. ia merasa kembali mempunya harapan untuk meninggalkan sesuatu yang berharga kelak untuk generasi mendatang.

Namun, suatu hari, terjadi pertengkaran antara berlian pertama dan berlian kedua.

Hey berlian kedua, sekeras apapun nenek berusaha menggosokmu, kilaumu takkan bisa menandingi kilauku,
ujar berlian pertama dengan sombongya.

Aku tak pernah berfikir untuk menandingi kilaumu, aku hanya ingin nenek hidup dengan senyuman yang selalu tersemat di bibirnya setiap kali menggosok kita.
Jawab si berlian kedua.
Hu'uh, aku pasti akan selalu menjadi kesayangan sang nenek dan membawa senyuman lebih pada sang nenek, karena aku lebih indah darimu.
Ujar berlian pertama dengan penuh kesombongan.

      Namun, lama kelamaan, sang nenek mulai melihat perubahan pada kedua buah berliannya. Berlian pertama yang ia lihat sangat berkilau, justru semakin di gosok semakin menyilaukan dan sinarnya justru membuat mata sang nenek sakit.

     Berbeda dengan berlian keduanya yang terlihat biasa-biasa saja, semakin hari berlian kedua itu digosoknya semakin berkilau pula ia dengan lembut dan anggunnya.

     Dan akhirnya, sang nenek merasa tak sanggup lagi untuk menatap berlian pertamanya yang sangat menyilaukan. Sehingga sang nenek memutuskan untuk hanya membawa dan menggosok dengan lembut berlian keduanya.

     Dan bagaimana nasib berlian pertama, ternyata ia hanya diletakkan di ruang tamu sang nenek tanpa pernah di bawa ke manapun nenek pergi.
0 Comments
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar